
"Lalu mereka menikah dan hidup bahagia selamanya..."
Saya rasa cerita-cerita yang berakhir seperti itu harus segera direvisi agar lebih sesuai dengan realita. Saya Juga menyarankan kata keterangan waktu “Lalu” Juga diganti dengan “sebelum”. Berikut ide-ide untuk merevisi kalimat diatas:
- Sebelum mereka menikah, mereka membicarakan pengaturan keuangan rumah tangga, Siapa bertanggung jawab Untuk membayar apa jika keduanya bekerja, seberapa besar biaya bulanan rumah tangga yang disanggupi, bagaimana pengaturan budget jika hanya satu yang memiliki penghasilan, dan hal-hal lain yang terkait.
- Sebelum mereka menikah, mereka membuat keputusan Untuk tinggal dimana setelah pesta usai, apakah di rumah orang tua atau menyewa atau sudah beli rumah sendiri. Semua pilihan tempat tinggal punya plus minus nya sendiri serta biaya yang berbeda beda pula.
- Sebelum mereka menikah, mereka berdiskusi tentang anak, apakah langsung punya anak, atau menunda beberapa waktu, agar bisa saling mengenal lebih baik lagi sebelum ada bayi yang jelas membutuhkan segala perhatian Dan waktu.
- Sebelum menikah, mereka berkata jujur mengenai budaya di keluarga besar masing-masing. Mereka datang dari keluarga yang jelas punya kebiasaan Dan adab yang berbeda, bagaimana saat ada pertengkaran? Apakah langsung dibicarakan atau lebih baik diem dulu nunggu kepala dingin? Bagaimana jika nanti ada (Dan pasti akan ada sik) polemik/friksi/diem-dieman antara suami/istri dengan anggota keluarga besar? Bagaimana nanti menghadapinya?
Yaelah Kak, kok kayaknya nggak mungkinlah membicarakan hal-hal seperti itu… Rasanya gimanaaa yaaa… Berat banget gitu. // Dek, pernikahan Itu memang berat, jadi pastikan kamu menikah dengan orang yang mau bersama sama membagi beban berat Itu.
Cheers and Love,
Karin Sabrina