
21 April kemarin dirayakan sebagai Hari Kartini, dan dari sejak zaman Saya masih mendengar lagi ‘choose’ dari Color me bad dengan kaset yang diputar di tape kecil merek Sony; Saya sudah merasa ketidaksesuaian yang amat sangat antara tata cara perayaan Hari Kartini dengan ide besar dari Ibu R.A. Kartini sendiri.
Ibu R.A. Kartini sangat suka membaca, fasih menulis Dan membaca dalam Bahasa Belanda, dan mungkin Juga ada Bahasa asing lain yang dikuasai beliau tapi Saya tidak mengetahui secara pasti. Beliau menulis surat, puisi, cerita pendek, Dan pernah tercatat dia menuliskan: “mengarang adalah bekerja Untuk keabadian”.
Sementara Perayaan Hari Kartini sangat jauh dari perempuan yang membaca, menulis, ber-sastra. Hari Kartini dirayakan dengan parade perempuan pakai sanggul Dan kebaya, biasanya ditambahi dengan kata “emansipasi”. Kemarin ada Juga iklan yang bertema Perayaan Hari Kartini dengan konsep: perempuan bisa jadi drummer, jadi ilmuwan dsb.
Saya tidak punya masalah dengan pakaian kebaya Dan sanggul, Saya Juga nggak pernah merasa suatu bidang pekerjaan hrus dilakukan oleh gender tertentu. Yang ingin Saya sampaikan adalah… Ibu Kartini adalah pembaca Dan penulis yang baik. Rayakan beliau dengan Hal yang sangat luar biasa itu,
membacalah – menulislah – jadilah abadi.
Tabik, lalu Kita semua menjadi pembaca dan penulis yang baik dan hidup bahagia selamanya,
Karin Sabrina